Friday, January 3, 2014

UTBAH BIN GHOZWAN

"Menyerahkan Dunia Demi Akhirat"




   Utbah bin Ghozwan berperawakan tinggi dengan muka bercahaya dan rendah hati, termasuk angkatan pertama yang masuk Islam. Berada diantara Muhajirin pertama yang berhijrah ke Habasyah dan yang hijrah ke Madinah. Beliau termasuk pemanah pilihan yang jumlahnya tidak banyak.

   Beliau adalah orang terakhir dari kelompok tujuh perintis yang bai'at berjanji setia dengan menjabat tangan kanan Rosululloh dengan tangan mereka, bersedia menghadapi orang-orang Quraisy yang senang berbuat dholim. Utbah dan kawan-kawannya telah memegang teguh satu prinsip hidup yang mulia. Utbah termasuk sahabat yang hijrah ke Habasyah, namun betapa ia rindu kepada Rosululloh sehingga tidak betah menetap disana, kembali ia menjelajah lautan untuk kembali ke Makkah dan hidup di sisi Rosululloh hingga saatnya hijrah ke Madinah.

   Semenjak orang Quraisy gencar melancarkan gangguan dan peperangan, Utbah selalu membawa tombak dan memanah dengan akurasi ketepatan yang luar biasa. Setelah Rosululloh wafat beliau tetap berkelana dan berjihad di jalan Alloh.

   Amirul Mukminin Umar mengirim Utbah ke Ubullah untuk membebaskan penduduknya dari pendudukan Persi yang ingin menjadikan kota itu sebagai gerbang awal dalam menghancurkan kaum muslimin. Berkatalah Umar ketika hendak melepas pasukan Utbah, 'Berjalanlah engkau bersama anak buahmu hingga sampai batas terjauh dari negeri Arab dan batas terdekat negeri Persi…! Pergilah dengan restu Alloh dan berkahnya…! Serulah ke jalan Alloh siapa yang mau dan bersedia …! Dan siapa yang menolak hendaklah ia membayar jizyah…! Dan bagi setiap penantang, maka pedang adalah bagiannya tanpa pandang bulu…! Tabahlah menghadapi musuh serta takwalah kepada Alloh…!'.

   Ketika pasukannya yang kecil telah berhadapan dengan pasukan bala tentara Persi yang terkuat, Utbah berseru, 'Allohu Akbar, Shodaqo Wa'dah. Alloh Maha Besar dan menepati janji-Nya.' Ternyata benarlah janji Alloh. Tak lama setelah terjadi pertempuran, Ubullah dapat ditundukkan.

   Di tempat itu Utbah membangun kota Basrah dan membangun sebuah masjid besar di dalamnya.Kemudian beliau bermaksud untuk kembali ke Madinah, tetapi perintah Amirul Mukminin memerintahkan beliau untuk tetap disana memimpin pemerintahan di Basrah.

   Utbah pun mentaati perintah Amirul Mukminin, membimbing rakyat melaksanakan sholat, mengajarkan masalah agama, menegakkan hukum dengan adil dan memberikan contoh tentang kezuhudan, waro' dan kesederhanaan. Dengan tekun dikikisnya pola hidup mewah dan berlebih-lebihan sehingga menjengkelkan mereka yang selalu memperturutkan hawa nafsu. Pernah dalam sebuah pidato beliau berkata, 'Demi Alloh, sesungguhnya telah kalian lihat aku bersama Rosululloh sebagai salah seorang dari kelompok tujuh, yang tak punya makanan kecuali daun-daun kayu sehingga mulut kami pecah-pecah dan luka-luka. Disuatu hari aku beroleh rizki sehelai baju burdah lalu kubelah dua, yang sebelah kuberikan kepada Sa'ad bin Malik dan sebelah kupakai untuk diriku…'.

   Utbah sangat takut terhadap dunia yang akan merusak agamanya dan kaum muslimin, sehingga beliau selalu mengajak mereka untuk hidup sederhana dan zuhud terhadap dunia. Namun banyak yang hendak mempengaruhi beliau untuk bersikap sebagaimana penguasa yang penduduknya menghargai tanda-tanda lahiriah dan gemerlapan kemewahan. Tetapi Utbah menjawab kepada mereka, 'Aku berlindung kepada Alloh dari sanjungan orang terhadap diriku karena kemewahan dunia tetaplah hina dan kecil disisi Alloh…'

   Dan tatkala dilihatnya rasa keberatan pada wajah-wajah orang banyak karena sikap kerasnya membawa mereka kepada hidup sederhana, berkatalah ia kepada mereka, 'Besok lusa akan kalian lihat pimpinan pemerintahan dipegang orang lain menggantikan daku…!'.

  Dan datanglah musim haji, pergilah Utbah menunaikan ibadah haji sementara pemerintahan Basrah diwakilkan kepada salah seorang sahabatnya. Setelah melaksanakan ibadahnya beliau menghadap Amirul Mukminin di Madinah untuk mengundurkan diri dari pemerintahan. Tetapi Amirul Mukminin menolak dengan mengucapkan kalimat yang sering diucapkan kepada orang-orang zuhud seperti Utbah, 'Apakah kalian hendak menaruh amanat diatas pundakku…! Kemudian kalian tinggalkan aku memikulnya seorang diri…? Tidak…! Demi Alloh tidak kuizinkan selama-lamanya…!'.

   Oleh karena itu tidak ada pilihan bagi Utbah kecuali taat dan patuh. Dan beliau hendak kembali ke Basrah.Sebelum naik kendaraannya ia menghadap ke kiblat lalu mengangkat kedua telapak tangannya yang lemah lunglai ke langit sambil memohon kepada Alloh Azza wa Jalla agar ia tidak dikembalikan ke Basroh dan tidak pula menjadi pemimpin pemerintahan selama-lamanya.

   Dan Alloh memperkenankan do'anya, dalam perjalanan pulang ke Basrah, Alloh memanggil kepangkuan-Nya dengan menyediakan kesempurnaan nikmat dan kesempurnaan suka cita karena pengorbanan dan baktinya, kezuhudan dan kesahajaannya. Dex
               
   Dinukil dari : 101 Sahabat Nabi ; Hepi Andi Bastoni ; Pustaka Al Kautsar cetakan keempat 2006 ; hal 547.

0 comments:

Post a Comment