Bismillahirrahmanirrahim
“Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka, kedua orangtuanyalah yang menjadikannya
nasrani, yahudi atau majusi.”
(HR. Bukhari)
Anak adalah karunia Allah subhanahu wata`ala yang
tidak dapat dinilai dengan apapun. Ia menjadi tempat curahan kasih sayang orang
tua. Namun, sejalan dengan bertambahnya usia sang anak, muncul “agenda
persoalan” baru yang tiada kunjung habisnya. Ketika beranjak dewasa anak
dapat menampakkan wajah manis dan santun, penuh berbakti kepada orang tua,
berprestasi di sekolah, dan bergaul dengan baik dengan lingkungan
masyarakatnya. Namun di sisi lain, seorang anak dapat pula menjadi sebaliknya,
perilakunya semakin tidak terkendali, bentuk kenakalan berubah menjadi
kejahatan, dan orangtua pun selalu cemas memikirkanya.
Dr. Abdullah Nashih ‘ulwan, dalam bukunya “Tarbiyatul
Aulad” menegaskan, hanya ada satu cara agar anak menjadi permata hati
dambaan setiap orangtua, yaitu melalui pendidikan yang bersumber dari
nilai-nilai Islam.
Islam telah memberikan dasar-dasar konsep pendidikan dan
pembinaan anak, bahkan sejak masih dalam kandungan. Jika anak sejak dini telah
mendapatkan pendidikan Islam, Insya Allah ia akan tumbuh menjadi insan yang
mencintai Allah subhanahu wata`ala dan Rasul-Nya serta berbakti kepada
orangtuanya.
Upaya dalam mendidik anak dalam naungan Islam sering
mengalami kendala. Perlu disadari disini, betapa pun beratnya kendala ini,
hendaknya orangtua bersabar dan menjadikan kendala-kendala tersebut sebagai
tantangan dan ujian.
Dalam mendidik anak setidaknya ada dua macam tantangan, yang
satu bersifat internal (masalah yang
datang dari kita sendiri) dan yang satu lagi bersifat eksternal (masalah yang datang dari luar).
Kedua tantangan ini sangat mempengaruhi perkembangan anak.
Sumber tantangan internal yang utama adalah orangtua itu
sendiri. Ketidakcakapan orangtua dalam mendidik anak atau ketidak harmonisan
rumah tangga. Sunatullah telah menggariskan, bahwa pengembangan kepribadian
anak haruslah berimbang antara fikriyah (pikiran), ruhiyah (ruh),
dan jasadiyahnya (jasad).
Tantangan eksternal pun juga sangat berpengaruh dan lebih
luas lagi cakupannya. Tantangan pertama bersumber dari lingkungan rumah.
Informasi yang yang didapat melalui interaksi dengan teman bermain dan kawan
sebayanya sedikit banyak akan terekam. Lingkungan yang tidak islami dapat
melunturkan nilai-nilai islami yang telah ditanamkan di rumah.
Yang berikutnya adalah lingkungan sekolah. Bagaimanapun juga
guru-guru sekolah tidak mampu mengawasi anak didiknya setiap saat. Interaksi
anak dengan teman-teman sekolahnya apabila tidak dipantau dari rumah bisa
berdampak negatif. Sehingga memilihkan sekolah yang tepat untuk anak sangatlah
penting demi terjaganya akhlak sang anak. Anak-anak Muslim yang disekolahkan di
tempat yang tidak islami akan mudah tercemar oleh pola fikir dan akhlak yang
tidak islami sesuai dengan pola pendidikannya, apalagi mereka yang disekolahkan
di sekolah nasrani sedikit demi sedikit akhlak dan aqidah anak-anak Muslim akan
terkikis dan goyah. Sehingga terbentuklah pribadi-pribadi yang tidak mengenal
islam secara utuh.
Disamping itu peranan media massa sangat pula berpengaruh. Informasi
yang disebarluaskan media massa baik cetak maupun elektronik memiliki daya
tarik yang sangat kuat. Jika orang tua tidak mengarahkan dan mengawasi dengan
baik, maka si anak akan menyerap semua informasi yang ia dapat, tidak hanya
yang baik bahkan yang merusak akhlak.
Teknologi modern telah memungkinkan terciptanya komunikasi
bebas lintas benua, lintas negara, menerobos berbagai pelosok perkampungan di
pedesaan dan menyelusup di gang-gang sempit di perkotaan, melalui media audio
(radio) dan audio visual (televisi, internet, dan lain-lain). Fenomena modern
yang terjadi di awal milenium ketiga ini popular dengan sebutan globalisasi.
Sebagai akibatnya, media ini, khususnya televisi, dapat dijadikan alat yang
sangat ampuh di tangan sekelompok orang atau golongan untuk menanamkan atau,
sebaliknya, merusak nilai-nilai moral, untuk mempengaruhi atau mengontrol pola
fikir seseorang oleh mereka yang mempunyai kekuasaan terhadap media tersebut.
Persoalan sebenarnya terletak pada mereka yang menguasai komunikasi global
tersebut memiliki perbedaan perspektif yang ekstrim dengan Islam dalam
memberikan kriteria nilai-nilai moral; antara nilai baik dan buruk, antara
kebenaran sejati dan yang artifisial.
Meskipun banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
seorang anak, orang tua tetap memegang peranan yang amat dominan, sebagaimana
sabda Rasulullah SAW:
“Setiap anak dilahirkan dalm keadaan fitrah. Maka, kedua
orangtuanyalah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi.” (HR. Bukhari)
Dalam mendidik anak, orang tua hendaknya berperan sesuai
dengan fungsinya. Masing-masing saling mendukung dan membantu. Bila salah satu
fungsi rusak, anak akan kehilangan identitas. Pembagian tugas dalam Islam sudah
jelas, peran Ayah tidak
diabaikan, tapi peran Ibu
menjadi hal sangat penting dan menentukan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para orangtua
Muslim dalam mendidik seorang anak, yaitu :
Orangtua perlu memahami apa yang dimaksud dengan pendidikan
anak dan tujuannya. Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak.
Memahami kiat mendidik anak secara praktis. Dengan demikian
setiap gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan cepat.
Sebelum mentransfer nilai, kedua orang tua harus
melaksanakan lebih dulu dalam kehidupan sehari-hari. Karena di usia kecil,
anak-anak cerdas cenderung meniru dan merekam segala perbuatan orang terdekat.
Bersegera mengajarkan dan memotivasi anak untuk menghafal Al-Quran Al-Karim.
Kegunaannya di samping sejak dini mengenalkan Yang Maha Kuasa pada anak, juga
untuk mendasari jiwa dan akalnya sebelum mengenal pengetahuan yang lain.
Menjaga lingkungan si anak, harus menciptakan lingkungan
yang sesuai dengan ajaran yang diberikan pada anak. Memang usaha mendidik anak tidaklah semudah membalik tangan.
Perlu kesabaran dan kreativitas yang tinggi dari pihak orang tua. Apalagi,
membesarkan anak di era globalisasi seperti ini, harus lebih memberikan perhatian
dalam mendidik anak. Dengan usaha dan do`a maksimal, mudah-mudahan Allah subhanahu wa`ta`la memberikan ma`unah
kepada anak-anak kita agar mereka menjadi anak yang shalih dan shalihah. Wallahu
a’lam bish shawwab
[Abdun Nafi]
0 comments:
Post a Comment