(Seorang Pemuda yang Memiliki Keteladanan yang Sangat Luar Biasa)
Keistimewaan- keistimewaan yang memikat perhatian kita terhadap
Abdullah bin Umar tidak sedikit. Ilmunya, kerendahan hatinya, kebulatan tekad
dan keteguhan pendiriannya, kedermawanan, keshalihan dan ketekunannya dalam
beribadah serta berpegang teguhnya terhadap contoh yang diberikan oleh
Rasulullah tidak diragukan lagi. Semua sifat dan keutamaan itu telah berjasa
dalam menempa kepribadiannya yang luar biasa dan kehidupannya yang suci lagi
benar.
Karena kegemarannya yang kuat tak pernah luntur dalam
mengkuti sunnah dan jejak Rasulullah, maka Ibnu Umar bersikap hati-hati dalam menyampaikan
hadits dari Rasulullah. Ia tak hendak menyampaikan sesuatu hadits dari padanya,
kecuali ia ingat seluruh kata-kata Rasulullah.
Pada suatu hari
Khalifah Utsman memanggilnya dan meminta kesediannya untuk memegang jabatan
kehakiman, tetapi ditolaknya. Utsman mendesaknya juga, tetapi Ibnu Umar
bersikeras pula atas penolakannya. “Apakah anda hendak mentaati perintahku?
”Tanya Utsman. Jawab Ibnu Umar, “Sama sekali tidak, hanya saya dengar para
hakim ada tiga macam: pertama hakim yang mengadili tanpa ilmu, maka ia dalam
neraka; kedua yang mengadili berdasarkan nafsu, maka ia juga dalam neraka; dan ketiga
yang berijtihad sedang hasil ijtihadnya betul, maka ia dalam keadaan berimbang,
tidak berdosa tetapi tidak pula memperoleh pahala. Dan saya memohon atas nama
Allah memohon kepada anda agar dibebasakan dari jabatan itu.”
Boleh dikata bahwa Ibnu Umar adalah “Penyerta Malam” yang
biasa diisinya dengan melakukan shalat, atau “Kawan Dinihari” yang dipakainya
untuk menangis dan memohon diampuni. Di waktu remajanya ia pernah bermimpi yang
oleh Rasulullah dita’birkan bahwa qiyamul lail itu nantinya akan manjadi
campuran tumpuan cinta Ibnu Umar, tempat tersangkutnya kesenangan dan
kebahagiaannya.
Ketika Rasulullah masa hidup Ibnu Umar bermimpi, ia
mengatakan: “Seolah-olah ditanganku ada selembar kain permadani. Tempat mana
saja di surga, maka permadani itu akan menerbangkanku kesana. Lalu tampak pula
dua orang yang mendatangiku dan ingin membawaku ke neraka. Tetapi seorang
Malaikat menghadang mereka, katanya: jangan ganggu! Maka kedua orang itu pun
meluangkan jalan bagiku. Oleh Hafsah, yaitu saudaraku, mimpi itu diceritakan
kepada Rasulullah, Maka Rasulullah bersabda:
“Akan menjadi sebaik-baik laki-laki Abdullah itu, jika ia
sering mengerjakan shalat malam dan memperbanyaknya.” (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)
Maka semenjak saat itu hingga tiba kematian beliau, Ibnu
Umar tidak pernah meninggalkan qiyamul lail baik diwaktu ia mukim atau musafir.
Yang dilakukannya ialah shalat, membaca Al Qur`an dan banyak berdzikir menyebut
nama Allah dan yang sangat menyerupai ayahnya adalah air matanya bercucuran
jika mendengar ayat-ayat dari Al Qur`an.
Berkata Ubaid bin Umair, "Pada suatu hari saya bacakan
surah. An-Nisa`: 41-42 kepada Abdullah bin Umar:
"Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila
Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami
mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). Di
hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya
mereka disamaratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari
Allah) sesuatu kejadianpun."
Maka Ibnu Umar menangis, hingga jenggotnya basah oleh air
mata.
Pada suatu hari ketika ia duduk diantara kawan-kawannya,
lalu membaca surah Al-Muthafifin: 1-6.:
Terus saja ia mengulang ayat
"Pada suatu hari yang besar, pada suatu hari yang
besar."
Sedang air matanya mengucur bagaikan hujan, hingga ia jatuh
disebabkan duka dan banyak menangis.
Ia adalah seorang yang wara` dan zuhud. Ia banyak memberi
karena ia seorang pemurah. Yang diberikannya ialah barang halal karena ia
seorang yang wara` atau salih dan ia tidak peduli, apakah kemurahannya itu
penyebab miskin karena ia zahid, tidak ada minat terhadap dunia.
Disalin dari: Siyaru A'lam An Nubala, Syamsuddin Muhammad
bin Ahmad Utsman Az Zuhri, jilid IV,
hlm. 351, Diriwayatkan oleh Bukhari dalam At Tahajud (1121), bab (2) Fadhlu
Qiyamil Laill wa Athrafuhu no. 1157, 3739, 3741, 7016, 7029, 7031; dan Muslim
dalam Fadhailus Sahabah bab Fadhailu Abdullah ibnu Umar; dan Tirmidzi dalam Al
Manaqib (3720), bab (44) Manaqibu Abdullah Ibnu Umar , 60 Karakteristik
Shahabat, Khalid Muhammad Khalid. (IR-one)
(b)
ReplyDelete