Friday, May 23, 2014

Ma’rifatullah usaha awal mencintai Allah



Mengenal Allah (ma’rifatullah) adalah landasanberdirinya Islam secara keseluruhan. Ma’rifatullah adalah asas berdirinya tauhid seseorang sebab manusia tidak akan menjadi pribadi yang bertauhid kecuali ia mengetahui dengan benar siapa Rabbnya. Dan Tanpa ma’rifat ini, seluruh amal ibadah dalam Islam menjadi tidak memiliki nilai. Oleh karena itu, ma’rifatullah menjadi intisari dakwah para nabi dan rasul. Bahkan hal inilah yang menjadi prioritas utama dalam dakwah mereka.

Sekilas, membahas persoalan bagaimana mengenal Allah bukan sesuatu yang asing. Bahkan, mungkin ada yang mengatakan untuk apa hal yang demikian dibahas? Bukankah kita semua telah mengetahui dan mengenal pencipta kita? Bukankah kita telah mengakui itu semua?

Memang banyak orang berpikiran demikian, namun sayang pengetahuan mereka tentang Rabbnya tidak mengantarkan mereka kepada pribadi yang cinta dan ta’at atas segala perintah Allah. Faktanya, banyak yang mengaku mengenal Allah tetapi mereka selalu bermaksiat kepada-Nya. Lantas apa manfaat kita mengenal Allah kalau keadaannya demikian? Dan apa artinya kita mengenal Allah sementara kita melanggar perintah dan larangan-Nya.

Urgensi Ma’rifatullah

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab menjadikan tema ma’rifatullah sebagai ushul (pokok) yang pertama yang harus diketahui oleh seorang mukmin dalam bertauhid. Secara khusus beliau menulis sebuah buku yang berjudul ushulul tsalasah yaitu tiga pokok dasar yang wajib diketahui orang islam. Tiga pokok tersebut adalah pertama, mengenal Allah (ma’rifatullah), kedua,  mengenal islam (ma’rifatuddin) dan ketiga, mengenal nabi muhammad saw.

Terdapat berbagai tempat dalam al-Qur’an, Allah memperkenalkan diri-Nya dengan berbagai sifat yang Dia miliki. Sebuah bukti yang jelas bahwa Allah menghendaki agar para hamba mengenal diri-Nya. Bukti yang kongkrit bahwa ma’rifatullah (mengenal Allah) adalah suatu hal yang dituntut dari diri seorang hamba. Bahkan tidak berlebihan kiranya, jika kita mengatakan bahwa pribadi termulia adalah seorang yang paling mengenal Allah ta’ala. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Saya adalah pribadi yang paling bertakwa dan paling mengenal Allah dari kalian.”(HR. Bukhari)

Begitu pula, senada dengan makna hadits di atas, adalah apa yang dikatakan Ibnul Qayyim rahimahullah, “Pribadi termulia yang memiliki cita-cita dan kedudukan tertinggi adalah seorang yang merasakan kelezatan dalam ma’rifatullah (mengenal Allah), mencintai-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya serta mencintai segala sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya.” (Al Fawaa-id, hal. 150).

Dengan ma’rifah lahirlah cinta

Kemudian Pertanyaan yang mungkin terbersit dalam benak kita adalah, “Siapakah orang yang mengenal Allah (ahli ma’rifah) tersebut?” atau “Bagaimanakah potret seorang yang dapat dikategorikan sebagai ahli ma’rifah?

Syaikh  Muhammad bin Abi Bakr yang terkenal dengan Ibnul Qayyim, Beliau mengatakan, “Al ‘arif (orang yang mengenal Allah dengan benar) menurut para ulama adalah orang yang mengenal Allah ta’ala dengan berbagai nama, sifat dan perbuatan-Nya. Kemudian dibuktikan dalam perikehidupannya yang dibarengi niat dan tujuan yang ikhlas…”(Madaarijus Saalikin, 3/337).

            Dr. Muhammad Khalifah At Tamimi mengatakan, “Pengetahuan (pengenalan) hamba terhadap berbagai nama dan sifat-Nya berdasarkan wahyu yang disampaikan Allah di dalam kitab-Nya dan sunnah rasul-Nya akan mampu membuat seorang hamba merealisasikan penghambaan (ubudiyah) kepada Allah secara sempurna. Setiap kali keimanan terhadap sifat-Nya bertambah sempurna, maka kecintaan dan keihklasan (kepada-Nya) akan semakin menguat. Manusia yang paling sempurna dalam penghambaannya kepada Allah adalah orang yang beribadah dengan (merealisasikan seluruh kandungan) nama dan sifat-Nya.”(Mu’taqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah fii Tauhidil Asma wash Shifaat, hal.24).

Oleh karena itu, mempelajari dan memahami berbagai nama dan sifat Allah merupakan hal yang sangat urgen karena memiliki kaitan yang erat dengan kewajiban untuk mengenal Allah (ma’rifatullah).

ImamHasanAl-Bashri rahimahullahberkata, “Barangsiapa yang mengenalRabb-nya, niscayadiaakanmencintai-Nya.”


Ibnu Qoyyim berkata, “Sesungguhnya berbagai sifat Allah yang sempurna dan digunakan untuk berdo’a kepada-Nya serta hakikat berbagai nama-Nya adalah faktor pendorong hati (seorang) untuk mencintai Allah dan sampai kepada-Nya. Hal ini dikarenakan hati hanya akan mencintai orang yang dikenalnya, takut, berharap, rindu, merasa senang dan tenteram ketika menyebut namanya sesuai dengan (kadar) ma’rifah (pengenalan) hati terhadap sifatnya.” (Madaarijus Saalikin, 3/351). wallahua’alam

[fachruddin]

0 comments:

Post a Comment