Sunday, January 5, 2014

Bulan Ramadhan

Bismillahirrahmaanirrahiim

Manusia adalah makhluk yang tidak pernah lepas dari salah dan  alpa. Banyak faktor yang dapat menjerumuskan manusia masuk kedalam kubangan lumpur dosa. Disamping karena didalam setiap pribadi manusia memiliki nafsu yang senantiasa mengajak kepada keburukan (QS yusuf: 53), manusia juga memiliki musuh yaitu syetan yang selalu mengajak kejalan yang menyesatkan. 

Semenjak diusir dari syurga, syetan selalu punya komitmen untuk menunggangi nafsu manusia agar senantiasa terjerumus kedalam lubang kemaksiatan, Ia bersumpah dan memohon kepada Allah untuk menangguhkan umurnya agar lebih leluasa mengajak manusia kepada jalannya yang sesat. 

Hal ini diabadikan oleh Allah dalam surat Al-‘Araf ayat 16:
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, (QS Al-‘Araf: 16)

Demikianlah, manusia tidak akan pernah aman dari rayuan dan tipu daya syetan.
Melihat realita yang demikian, kita tidak diperbolehkan mencemoohkan atau mencibirkan orang yang berbuat maksiat begitu saja tanpa menyadarkannya, karena banyak kemaksiatan terjadi bukan atas dasar keinginannya semata, namun syetanlah yang menungganginya untuk melakukan kemaksiatan tersebut.

Oleh karena itu Rasululloh Salallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bersabda:
"Semua bani Adam pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang segera bertaubat. (HR Ibnu Majah no: 4241)

Dan dalam hal ini, Rasulullah Salallahu’alahi wa sallam sebagai teladan yang baik telah memberikan contoh yang baik untuk kita teladani, meskipun beliau seorang yang ma’sum, beliau tetap senantiasa beristigfar, bertaubat dan meminta ampun dalam sehari sebanyak 100 kali. Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu pernah menuturkan “Sesungguhnya kami benar-benar menghitung dzikir Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam dalam satu kali majelis (pertemuan), beliau mengucapkan 100 kali (istighfar dalam majelis): “Ya rabbku, ampunilah aku, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkaulah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (HR Abu Dawud 1295).

Sebagai manusia yang terbatas usianya, tentu kita harus senantiasa mawas diri agar  selalu beristigfar setiap kali terjerumus dalam kesalahan. Sekecil apapun dosa yang kita lakukan pasti dicatat oleh para malaikat dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah ta’ala. Sebelum dosa tersebut menjadi beban bagi kita di akhirat dan sebelum pintu taubat tertutup mari kita sadarkan diri untuk segera bertaubat kepada Allah SWT. 

Sebagaimana seruan-Nya:
‘’Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.’’ (QS Ali Imron: 133).

Ramadhan adalah bulan ampunan
Saat ini kita telah memasuki bulan suci ramadhan. Bulan yang penuh berkah, rohmah dan magfirah. Selain syahrus shiyam dan syahrul qur’an, ramadhan juga dinamakan dengan syahru taubah karena didalamnya Allah membuka pintu rahmat dan ampunan kepada seluruh hamba yang kembali kepadaNya. Pada bulan tersebut syetan yang menjadi musuh utama dibelenggu oleh Allah. Nafsu yang sering condong kepada keburukan juga dikekang olehNya dengan diperintahkannya  hamba untuk berpuasa, sehingga kesadaran dan kesempatan untuk meraih ampunan Allah benar-benar terbuka dihadapan kita. 

Rasulullah sallallahu ‘alai wasallam bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni seulruh dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari Muslim)
Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud karena “imaanan” adalah membenarkan wajibnya puasa dan ganjaran dari Allah ketika berpuasa dan melaksanakan qiyam ramadhan. Sedangkan yang dimaksud “ihtisaban” adalah menginginkan pahala Allah dengan puasa tersebut dan senantiasa mengharap wajah-Nya.” (Syarh Al Bukhari libni Baththol, 7: 22). Sehingga dengan amalan tersebut, Allah akan mengampuni seluruh dosa yang kita lakukan.

Dan dalam hadits lain beliau Bersabda, "Sesungguhnya Ramadhan adalah bulan di mana Allah ta’aala wajibkan berpuasa dan aku sunnahkan kaum muslimin menegakkan (sholat malam). Barangsiapa berpuasa dengan iman dan dan mengharap ke-Ridhaan Allah ta’aala, maka dosanya keluar seperti hari ibunya melahirkannya." (HR Ahmad 1596)

Bahkan lebih lanjut, untuk menambahkan keyakinan akan besarnya peluang ampunan pada bulan ramadhan, Rasulullah sallallahu ‘alahi wasallam menyebutkan bahwa orang yang melalui bulan ramadhan namun tidak mendapatkan ampunan dari Allah maka dia termasuk orang yang merugi. 

Sebagaiamana sabdanya:
"Merugilah seseorang yang bulan Ramadhan datang kepadanya kemudian pergi sebelum ia mendapat ampunan." (HR. at-Tirmidzi no: 3545)

Tingkatkan amalan jangan sia-siakan kesempatan
Besarnya harapan yang dijanjikan Allah pada bulan ramadhan, tentu kita tidak ingin melewati bulan tersebut dengan sia-sia tanpa ada amalan yang berarti. Kita harus bisa memanfaatkan peluang emas tersebut untuk memperbanyak amalan yang bisa meraih ampunan Allah. Banyak bentuk amalan yang menyebabkan turunnya ampunan dan rahmat Allah di bulan ramadhan. Diantara bentuk amalan tersebut adalah Melakukan shalat tarawih dan tahajjud, memperbanyak istigafar diwaktu sahur, memberi iftor orang yang berpuasa dan yang paling agung adalah Melakukan shalat dan ibadah lain di malam Lailatul Qadar.

Nah, Jika peluang ampunan Allah di bulan Ramadhan begitu besar dan amalan untuk meraih ampunanNya demikian banyak, maka orang yang tidak mendapatkan ampunan di dalamnya tentu termasuk orang yang memiliki seburuk-buruk nasib. Salah seorang sahabat nabi yaitu Jabir bin Samurah pernah meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah didatangi jibril dan berkata kepadanya, “Wahai Muhammad, barangsiapa yang menemui bulan Ramadhan lalu ia wafat dan tidak diampuni baginya, maka ia dimasukkan ke neraka, lalu Allah menjauhkannya. Bacalah amin!, Maka aku pun membaca 'Amin'." (HR. Ibnu Hibban dan at-Thabrani).

Wa’’iyazu billah semoga kita tidak termasuk golongan yang mendapatkan ancaman neraka karena bulan ramadhan, maka tidak salah jika kita mengintropeksi diri kita, memperbaiki amalan kita, bertaubat kepada Allah ta’ala, merubah kondis diri yang masih bergelimpang dengan dosa menjadi pribadi yang penuh Iman dan taqwa, agar Allah melimpahkan ampunan-Nya di bulan penuh berkah dan penuh rahmat-NYa. 
Wallahu a’lam..

 [M.Fakhruddin]

0 comments:

Post a Comment