Bismillahirrahmaanirrahiim
Manusia
adalah makhluk yang tidak pernah
lepas dari salah dan alpa. Banyak faktor yang dapat
menjerumuskan manusia masuk kedalam kubangan lumpur
dosa. Disamping karena didalam setiap
pribadi manusia memiliki nafsu yang senantiasa mengajak kepada keburukan (QS
yusuf: 53), manusia juga memiliki musuh yaitu syetan yang selalu mengajak kejalan
yang menyesatkan.
Semenjak diusir dari syurga, syetan selalu punya komitmen
untuk menunggangi nafsu manusia agar senantiasa terjerumus kedalam lubang
kemaksiatan, Ia bersumpah dan memohon kepada Allah untuk menangguhkan umurnya
agar lebih leluasa mengajak manusia kepada jalannya yang sesat.
Hal ini
diabadikan oleh Allah dalam surat Al-‘Araf ayat 16:
Iblis menjawab: "Karena
Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, (QS Al-‘Araf: 16)
Demikianlah, manusia tidak akan pernah aman dari rayuan dan tipu daya syetan.
Melihat realita
yang demikian, kita tidak diperbolehkan mencemoohkan atau mencibirkan orang
yang berbuat maksiat begitu saja tanpa menyadarkannya, karena banyak kemaksiatan terjadi
bukan atas dasar keinginannya semata, namun
syetanlah yang menungganginya untuk melakukan kemaksiatan tersebut.
Oleh karena
itu Rasululloh Salallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bersabda:
"Semua bani
Adam pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang
segera bertaubat. (HR Ibnu Majah no: 4241)
Dan dalam hal
ini, Rasulullah Salallahu’alahi wa sallam sebagai teladan yang baik telah
memberikan contoh yang baik untuk kita teladani, meskipun beliau seorang yang
ma’sum, beliau tetap senantiasa beristigfar, bertaubat dan meminta ampun dalam
sehari sebanyak 100 kali. Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu pernah menuturkan
“Sesungguhnya kami benar-benar menghitung dzikir Rasulullah shollallahu
’alaih wa sallam dalam satu kali majelis (pertemuan), beliau mengucapkan 100
kali (istighfar dalam majelis): “Ya rabbku, ampunilah aku, terimalah taubatku,
sesungguhnya Engkaulah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (HR Abu
Dawud 1295).
Sebagai manusia
yang terbatas usianya, tentu kita harus senantiasa mawas diri agar selalu beristigfar setiap kali terjerumus
dalam kesalahan. Sekecil apapun dosa yang kita lakukan pasti dicatat
oleh para malaikat dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah
ta’ala. Sebelum dosa tersebut menjadi beban bagi kita di akhirat dan sebelum
pintu taubat tertutup mari kita sadarkan diri untuk segera bertaubat kepada
Allah SWT.
Sebagaimana seruan-Nya:
‘’Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.’’ (QS Ali Imron: 133).
Ramadhan
adalah bulan ampunan
Saat ini kita telah memasuki bulan suci ramadhan. Bulan yang penuh berkah, rohmah dan magfirah.
Selain syahrus shiyam dan syahrul qur’an, ramadhan juga dinamakan dengan syahru
taubah karena didalamnya Allah membuka pintu rahmat dan ampunan kepada seluruh
hamba yang kembali kepadaNya. Pada bulan tersebut syetan yang menjadi musuh
utama dibelenggu oleh Allah. Nafsu yang sering condong kepada keburukan juga
dikekang olehNya dengan diperintahkannya hamba untuk berpuasa, sehingga kesadaran dan
kesempatan untuk meraih ampunan Allah benar-benar terbuka dihadapan kita.
Rasulullah sallallahu ‘alai wasallam bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena
iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni seulruh dosanya yang
telah lalu”. (HR. Bukhari Muslim)
Ibnu Baththol rahimahullah
mengatakan, “Yang dimaksud karena “imaanan” adalah membenarkan wajibnya puasa
dan ganjaran dari Allah ketika berpuasa dan melaksanakan qiyam ramadhan.
Sedangkan yang dimaksud “ihtisaban” adalah menginginkan pahala Allah dengan puasa
tersebut dan senantiasa mengharap wajah-Nya.” (Syarh Al Bukhari libni Baththol,
7: 22). Sehingga dengan amalan tersebut, Allah akan mengampuni seluruh
dosa yang kita lakukan.
Dan dalam hadits lain beliau Bersabda, "Sesungguhnya Ramadhan
adalah bulan di mana Allah ta’aala wajibkan berpuasa dan aku sunnahkan kaum
muslimin menegakkan (sholat malam). Barangsiapa berpuasa dengan iman dan dan
mengharap ke-Ridhaan Allah ta’aala, maka dosanya keluar seperti hari ibunya
melahirkannya." (HR Ahmad 1596)
Bahkan lebih
lanjut, untuk menambahkan keyakinan akan besarnya peluang ampunan pada bulan
ramadhan, Rasulullah sallallahu ‘alahi wasallam menyebutkan bahwa orang
yang melalui bulan ramadhan namun tidak mendapatkan ampunan dari Allah maka dia
termasuk orang yang merugi.
Sebagaiamana sabdanya:
"Merugilah seseorang yang bulan Ramadhan datang
kepadanya kemudian pergi sebelum ia mendapat ampunan." (HR.
at-Tirmidzi no: 3545)
Besarnya harapan yang dijanjikan Allah pada bulan ramadhan,
tentu kita tidak ingin melewati bulan tersebut dengan sia-sia tanpa ada amalan
yang berarti. Kita harus bisa
memanfaatkan peluang emas
tersebut untuk memperbanyak amalan yang bisa meraih ampunan Allah. Banyak
bentuk amalan yang menyebabkan turunnya ampunan dan rahmat Allah di bulan
ramadhan. Diantara bentuk amalan tersebut adalah Melakukan shalat tarawih dan
tahajjud, memperbanyak istigafar diwaktu sahur, memberi iftor orang yang
berpuasa dan yang paling agung adalah Melakukan shalat dan ibadah lain di malam
Lailatul Qadar.
Nah, Jika peluang ampunan Allah di bulan Ramadhan begitu
besar dan amalan untuk meraih ampunanNya demikian banyak, maka orang yang tidak
mendapatkan ampunan di dalamnya tentu termasuk orang yang memiliki
seburuk-buruk nasib. Salah seorang sahabat nabi yaitu Jabir bin Samurah pernah
meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah didatangi jibril dan berkata kepadanya, “Wahai
Muhammad, barangsiapa yang menemui bulan Ramadhan lalu ia wafat dan tidak
diampuni baginya, maka ia dimasukkan ke neraka, lalu Allah menjauhkannya.
Bacalah amin!, Maka aku pun membaca 'Amin'." (HR. Ibnu Hibban dan
at-Thabrani).
Wa’’iyazu billah semoga kita tidak termasuk golongan
yang mendapatkan ancaman neraka karena bulan ramadhan, maka tidak salah jika
kita mengintropeksi diri kita, memperbaiki amalan kita, bertaubat kepada Allah
ta’ala, merubah kondis diri yang masih bergelimpang dengan dosa menjadi pribadi
yang penuh Iman dan taqwa, agar Allah melimpahkan ampunan-Nya di bulan penuh
berkah dan penuh rahmat-NYa.
Wallahu a’lam..
[M.Fakhruddin]
0 comments:
Post a Comment